Di dalam hidup,
sebagai Warga Negara Indonesia, saya selalu menjadikan Pancasila sebagai
pedoman hidup dalam menjalani kehidupan sosial. Sila pertama, Ketuhanan Yang
Maha Esa, dari kalimat itu saya belajar untuk dapat menanamkan sikap toleransi
dalam beragama. Sikap ini sering saya praktekkan dikehidupan sosial saya
seperti di sekolah/kampus, karena disana banyak teman-teman saya memeluk agama
yang berbeda-beda.
Pada sila kedua,
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Saya belajar untuk menjadi manusia yang
mempunyai sopan santun dan adat istiadat. Saya sering mempraktekkan sikap itu
dirumah, sekolah/kampus, dijalan dan disetiap saya bertemu dengan orang lain.
Sikap yang sering saya tamankan yaitu, saya selalu menghormati orang lain yang
lebih tua dari saya, selalu tersenyum, selalu menjaga cara bicara dan sikap
saya kepada semua orang. Salah satu contohnya, ketika saya ingin bertanya
sesuatu kepada teman, tetapi teman saya sedang berbicara dengan orang lain,
saya selalu menunggu disaat yang tepat untuk bertanya. Namun apabila pertanyaan
itu sangat penting, saya akan meminta maaf karena saya telah memotong
pembicaraan mereka dan menjelaskan alasan saya bersikap seperti itu.
Lalu di sila
ketiga, Persatuan Indonesia. Saya sangat menyukai kalimat pada sila ketiga ini,
karena menurut saya semboyan “Bineka Tunggal Ika” termasuk didalam sila ini,
“walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua”. Saya bersyukur mempunyai
teman-teman yang berasal atau mempunyai keturunan dari daerah yang
berbeda-beda, karena ini dapat menambah pengetahuan saya. Saya akui Indonesia
sangat kaya atas ragam budaya, bahasa, suku, ras dan lain sebagainya. Saya dapat
belajar berbagai bahasa dan adat dengan teman-teman saya, diantaranya: jawa,
medan, padang, batak dll. Dan saya pun ingin sekali mengetahui seluk beluk
asalnya masyarakat batak maupun masyarakat lainnya yang mempunyai “Marga”. Nah
dari situ sudah dapat disimpulkan kalau Indonesia memang memiliki warga
masyarakat yang bersatu, karena “Bersatu
Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh”.
Selanjutnya pada sila keempat, yaitu Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Bisa dikatakan saya telah mengamalkan salah satu nilai
luhur Pancasila di dalam keluarga saya. Keluarga saya sudah terbiasa
menyelesaikan masalah dengan cara bermusyawarah, dengan bermusyawarah tersebut
masalah yang sedang terjadi bisa terselesaikan dengan baik dan membuahkan
solusi yg baik pula. Dengan bermusyawarah kami juga dapat belajar menghargai
perbedaan pendapat di dalam keluarga kami sendiri. Saya
juga sering kali mendapatkan perbedaan pendapat dengan teman-teman saya dalam
mengambil keputusan. Saya dan teman-teman saya pun sering bermusyawarah untuk
mendapatkan keputusan yang tidak memberatkan pihak manapun.
Dan yang terakhir
sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dari kalimat itu di
dalam kehidupan sosial, saya selalu berusaha untuk bersikap adil terhadap keluarga,
saudara, teman dan yang lainnya. Adil dalam hal memberikan kasih sayang,
perhatian dan sebisa mungkin dapat memberikan pertolongan kepada mereka yang
membutuhkan. Saya tidak ingin bersikap tidak adil atau pilih kasih terhadap
sesama, dengan begitu saya dapat belajar bagaimana tidak membeda-bedakan antara
yang satu dengan yang lain. Kita semua sama, sama-sama makhluk sosial yang
tidak akan pernah lepas dari kehidupan sosial.