TATA
KALIMAT
Aina,M; Dieta,D.R; Nur,I; Tia,K
ABSTRAK
Dalam penulisan suatu kalimat
terdapat teknik yang menggunakan EYD dan SPOK agar pembaca dapat memahami apa
yang diberikan oleh penulis. Tata kalimat adalah kaidah penyusunan kata
sehingga menjadi kalimat yang baik dan benar dan mempunyai arti sekaligus
memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
Judul makalah ini adalah “Tata
Kalimat”. Tujuannya adalah agar penulis dapat menulis suatu kalimat dengan baik
dan benar, dengan memperhatikan tanda baca,
mengetahui pola kalimat yang sesuai, ciri-ciri suatu kalimat dan syarat
pembuatan kalimat yang benar dengan menggunakan frase, klausa dan kalimat.
Untuk itu, diperlukan teknik dalam membuat suatu kalimat yang menarik perhatian
pembaca, seperti penulisan pada novel ataupun majalah dengan kalimat yang
menarik namun masih memperhatikan tata kalimat.
Kata Kunci: Tata Kalimat, SPOK, Frase Klausa, Kalimat,
Syarat Penulisan
DAFTAR
ISI
ABSTRAK
...........................................................................................................................
i
DAFTAR
ISI .......................................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
.................................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah
............................................................................................ 2
C. Tujuan
Makalah
................................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tata Kalimat
................................................................................... 3
B. Ciri-ciri
Tata Kalimat
1. Subjek
.......................................................................................................... 3
2. Predikat
....................................................................................................... 4
3. Objek
dan Pelengkap
................................................................................... 5
4. Keterangan
................................................................................................... 6
C. Frase
Pengertian Frase
................................................................................................ 7
Jenis Frase
.......................................................................................................... 7
a. Frase
Endosentrik ................................................................................... 7
b. Frase
Eksosentrik .................................................................................... 8
c. Frase
Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan ........... 8
d. Frase
Ambigu .......................................................................................... 8
D. Klausa
Pengertian Klausa
............................................................................................... 9
Jenis Klausa
........................................................................................................ 9
a. Klasifikasi
klausa berdasarkan struktur internnya ................................ 9
b. Klasifikasi
klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi ................... 9
c. Klasifikasi
klausa berdasarkan kategori frasa menduduki fungsi P ..... 10
d. Klasifikasi
klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat ..... 10
e. Klasifikasi
klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat ..... 11
E. Kalimat
Pengertian Kalimat
........................................................................................... 11
Jenis Kalimat
...................................................................................................... 11
1. Kalimat
Tunggal ..................................................................................... 11
2. Kalimat
Majemuk .................................................................................. 11
a. Kalimat
majemuk setara ............................................................. 12
b. Kalimat
majemuk bertingkat ....................................................... 12
c. Kalimat
majemuk campuran ....................................................... 13
3.
Kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
..................................................... 13
a. Kalimat Inti
.................................................................................. 13
b.
Kalimat Luas ................................................................................ 14
c.
Kalimat Transformasi .................................................................. 14
4.
Kalimat Mayor dan Minor ...................................................................... 14
a.
Kalimat Mayor ............................................................................ 14
b.
Kalimat Minor
............................................................................. 14
5.
Kalimat Efektif ......................................................................................... 15
a. Ciri-ciri
kalimat efektif
................................................................ 15
b. Contoh
kalimat efektif
................................................................. 17
6.
Kalimat Tidak Efektif ............................................................................... 17
Sebab
ketidakefektifan kalimat ........................................................
17
BAB
III PENUTUP
Kesimpulan
.............................................................................................................. 21
Saran
........................................................................................................................ 21
DAFTAR
PUSTAKA ......................................................................................................... 22
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sehubungan dengan
adanya tugas pada mata kuliah Bahasa Indonesia, saya akan menjelaskan tentang
Tata Kalimat. Makalah ini berisi tata kalimat atau cara penyusunan kalimat yang
benar.
Bahasa adalah alat
untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat
lain pemakai bahas itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan
yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu
hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan,
diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atauu pembaca.
Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat
efektif.
Kalimat efektif adalah
kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat
dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan
sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh pembicara atau penulisnya.
Akan tetapi kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagia
lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau
dituliskan.
Supaya kalimat yang
dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakaiannya secara tepat, unsur
kalimat-kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya,
unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya,
unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan
keeksplisitan semacam ini dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan
kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim,1994:86).
Dalam karangan ilmiah
sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa
ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang
dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya
kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena
kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik
untuk membahas tata kalimat dengan segala permasalahannya.
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui
apayang dimaksud dengan Tata Kalimat.
2. Mengetahui
tuturan yang kita hasilkan memenuhi syarat sebagai kalimat.
3. Mengetahui
ciri-ciri tata kalimat.
C.
Tujuan
Makalah
Sesuai dengan masalah yang penulis rumuskan,
maka tujuan makalah ini adalah :
1.
Memberi informasi kepada pembaca tentang
Tata Kalimat.
2.
Meningkatkan kesadaran akan pentingnya
berbahasa sesuai dengan tata bahasa indonesia yang baik dan benar.
3.
Meningkatkan kemampuan menyusun kalimat
sesuai dengan aturan ketatabahasaan yang baik dan benar.
4.
Memahami dengan baik penggunaan kalimat
efektif dalam pengucapan kalimat sehari-hari dan dalam penulisan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tata Kalimat
Tata dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah kaidah,
aturan, dan susunan; cara menyusun; sistem (biasanya digunakan dalam kata
majemuk).
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat
berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa
terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun
tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan
keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam
wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat
informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!)
untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam
resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah
predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu
bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa.
Tata kalimat adalah kaidah
penyusunan kata sehingga menjadi kalimat yang baik dan benar dan mempunyai arti
sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
B.
Ciri-ciri Tata Kalimat
Apakah tuturan yang kita hasilkan
memenuhi syarat sebagai kalimat. Salah satu syaratnya adalah kelengkapan unsur
kalimat, yaitu subjek, predikat, objek, keterangan, pelengkap.
1. Subjek
Kata atau beberapa kata dapat
berfungsi sebagai subjek apabila kata atau beberapa kata tersebut menandai
pertanyaan: apa yang dikatakan oleh pembicara (penulis atau pembicara).
Subjek memiliki beberapa ciri:
a. Dalam
kalimat runtut (bukan inversi), subjek berada sebelum (di sebelah kiri)
predikat.
b. Unsur
pengisi fungsi subjek pada umumnya berkategori nomina, frasa nominal, atau
klausa, namun pada beberapa kalimat lain, ada pula subjek yang berkategori
lain.
Perhatikan contoh berikut:
1)
Hasan mahasiswa pandai.
2)
Anak itu belum makan.
3)
Yang tidak ikut upacara akan
ditindak.
4)
Berjalan kaki menyehatkan badan.
Kata atau beberapa kata yang dicetak
miring pada kalimat di atas adalah subjek. Subjek pada kalimat (1) adalah
nomina, pada kalimat (2) berbentuk frasa nominal, pada kalimat (3) klausa, dan
pada kalimat (4) berkategori verba.
Jika unsur subjek lebih panjang dari
unsur predikatnya, subjek sering juga diletakkan di akhir kalimat, seperti pada
contoh berikut ini.
5) Manusia yang
mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak.
6) Tidak banyak
manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian.
Subjek yang berupa orang kedua atau
orang pertama jamak pada kalimat imperatif (perintah) sering dihilangkan
seperti pada kalimat berikut:
7)
Tolong (kamu) bersihkan papan tulis ini.
8)
Mari (kita) makan.
Subjek pada kalimat aktif transitif
akan menjadi pelengkap bila kalimat itu dipasifkan seperti tampak pada contoh
berikut:
9)
Anak itu menghabiskan kue saya. (subjek)
10) Kue saya
dihabiskan (oleh) anak itu. (Pel.)
2. Predikat
Kata atau
beberapa kata dapat berfungsi sebagai predikat apabila kata atau beberapa kata
itu menandai pertanyaan: “Apa yang
ingin dikatakan oleh pembicara tentang subjek?” Dalam struktur klausa
atau kalimat, predikat merupakan konstituen pusat. Sebagai konstituen pusat,
predikat disertai konstituen pendamping kiri dengan atau tanpa pendamping
kanan. Pendamping kiri itu adalah subjek, sedang pendamping kanan, kalau ada,
adalah objek, pelengkap, dan atau keterangan.
Dalam kalimat biasa (bukan inversi),
predikat terletak sesudah subjek. Predikat kalimat dapat menduduki hampir semua
kategori, termasuk bentuk frasanya. Namun demikian, dalam kalimat biasa,
predikat kebanyakan berupa verba atau frasa verbal dan adjektiva atau frasa
adjektival. Perhatikan contoh berikut ini:
·
Ayah tidur di kamar.
·
Ayah sedang tidur di kamar.
·
Orang itu cantik.
·
Orang itu sangat cantik.
·
Ayahku guru bahasa Indonesia.
3. Objek dan Pelengkap
Objek dan pelengkap dalam kalimat berada sesudah predikat yang berkategori
verba. Objek dan pelengkap biasanya berkategori nomina. Perhatikan kalimat
berikut:
a. Pak tani menanam jagung.
b. Pak tani bertanam jagung.
Untuk menentukan apakah nomina jagungyang berada di belakang predikat kalimat a dan b
termasuk objek atau pelengkap, dapat dilakukan dengan cara memastikan mungkin
tidaknya nomina tersebut diletakkan di depan kalimat sebagai subjek jika
kalimat tersebut diubah menjadi kalimat pasif. Ternyata, hanya kata jagung pada kalimat a yang dapat diletakkan
di awal kalimat sehingga berfungsi sebagai subjek setelah kalimat tersebut
diubah menjadi kalimat pasif seperti pada kalimat berikut ini.
·
Jagung ditanam pak tani.
Hal seperti ini tidak terjadi pada kalimat b. Dengan demikian,
kata jagung pada kalimat a adalah objek, sedang
pada kalimat b adalah pelengkap.
Contoh lain: 16) Ibu akan membelikan adik sepatu baru.
Nomina di belakang predikat pada
kalimat tersebut ada dua buah, yaitu adik
dan sepatu baru. Mana di antara kedua nomina tersebut yang tergolong
objek? Untuk menentukan mana yang termasuk objek dan mana yang termasuk
pelengkap, kita kembali menggunakan kaidah di atas. Mana di antara dua nomina
tersebut yang dapat dijadikan sebagai subjek jika kalimat tersebut diubah
menjadi kalimat pasif, maka nomina itulah yang berfungsi sebagai objek. Jika
nomina tersebut tidak dapat dijadikan sebagai subjek pada kalimat pasif berarti
tergolong sebagai pelengkap. Perhatikan kalimat pasif yang nomina sesudah
predikatnya diubah menjadi subjek pada kalimat pasif berikut:
a. Adik akan
dibelikan sepatu baru oleh ibu.
b. Sepatu baru
akan dibelikan adik oleh ibu.*
Kalimat
pasif a) adalah kalimat yang diterima, sedang kalimat pasif b) adalah kalimat
yang tidak berterima. Dengan kata lain, nomina adik pada kalimat a) dapat dijadikan sebagai subjek pada kalimat
pasif, sedang nomina sepatu baru pada
kalimat b) tidak dapat dijadikan sebagai subjek pada kalimat pasif. Dengan
fenomena ini, maka nomina adik pada
kalimat b) berfungsi sebagai objek, sedang nomina sepatu baru berfungsi sebagai pelengkap.
4. Keterangan
Istilah keterangan dalam tata bahasa disebut dengan adverbial. Keterangan
atau adverbial adalah verba, adjektiva, atau nomina yang menerangkan predikat.
Dari segi maknanya, keterangan atau adverbial terbagi menjadi sembilan, yaitu
keterangan waktu, tempat dan arah, tujuan, cara, penyerta, alat, similatif,
penyebaban, dan kesalingan. Perhatikan kata yang dicetak miring pada kalimat
berikut ini adalah keterangan atau adverbial.
1)
Dia mengerjakan soal itu sampai pukul 22. (waktu)
2)
Dia mengerjakan soal itu sampai nomor 100. (tempat)
3)
Dia bersedia menjadi saksi demi penegakan hukum. (tujuan)
4)
Dengan
lantang wakil karyawan itu membacakan tuntutannya. (cara)
5)
Dia merumuskan konsep itu dengan para asistennya. (penyerta)
6)
Kami berangkat dengan
bus. (alat)
7)
Tekadnya untuk merantau teguh laksana gunung karang. (similatif)
8)
Gaji terasa kurang terus karena inflasi tak terkendalikan. (penyebaban)
9)
Kedua delegasi itu akan merundingkan pemulihan
hubungan diplomatik satu samalain. (kesalingan)
Kalimat tunggal memiliki beberapa pola di antaranya:
(1) Ayah tertidur. (S P)
(2) Ibu mengirim surat. (S
P O)
(3) Kakak membaca buku di
perpustakaan. (S P O K)
(4) Petani
bertanam jagung. (S P pel.)
(5) Saya sedang
mencarikan adik pekerjaan. (S P O pel.)
(6) Adik
tertidur sejak tadi. (S P K)
(7) Kemarin
Anton tertidur. (K S P)
(8) Di
perpustakaan kakak mengerjakan pekerjaan rumah. (K S P O)
(9) Di toko itu
ayah berbelanja. (K S P)
(10) Ada maling tadi malam. (P S)
(11) Dipukulnya binatang
itu sejak tadi.
(P S K)
Kalimat di
atas merupakan contoh kalimat tunggal yang sederhana. Dalam pemakaian bahasa
sehari-hari, salah satu atau beberapa unsur kalimat tunggal dapat diperluas menjadi kalimat yang lebih panjang
seperti kalimat di bawah ini. Yang perlu diperhatikan adalah unsur S dan P
tidak boleh lebih dari satu buah. Jika ditambah, maka kalimat tersebut bukan
sebagai kalimat tunggal lagi.
(a)
Nasi yang sedang dimasak itu telah menjadi bubur.
(b)
Bukunya lebih dari 300 judul
(c)
Ibu akan membelikan
kakak baju baru.
Kalimat (a) memiliki pola yang sama dengan kalimat
(4), yaitu S P Pel. Kalimat (b) memiliki pola yang sama dengan kalimat (1),
yaitu S P. Kalimat (c) memiliki pola yang sama dengan kalimat (5), yaitu S P O
Pel.)
C. Frase
1.
Pengertian Frase
Frase merupakan gabungan dari dua kata atau lebih yang
tidak terikat oleh sujek dan predikat.
Contoh
: di kantor, rumah makan, rumah sakit.
2.
Jenis-jenis Frase
a.
Frase
endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang
sama dengan unsurnya. Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan
yaitu:
(1) Frase
endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur yang
setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata
penghubung.
Misalnya:
kakek-nenek, pembinaan dan pengembangan, laki bini, belajar atau bekerja.
(2) Frase
endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur
yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya:
perjalanan panjang, hari libur
Perjalanan, hari
merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan
seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur
lainnya merupakan atributif.
(3) Frase
endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan
tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frase Susi,
anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak
Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh
dapat menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak Pak
Saleh, sangat pandai
Susi, …., sangat
pandai.
…., anak Pak Saleh
sangat pandai.
Unsur Susi merupakan
unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi (Ap).
b.
Frase
Eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi
yang sama dengan unsurnya.
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase
di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa
kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa
kelas 1A sedang bergotong royong …. Kelas
c.
Frase
Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan.
(1) Frase
Nominal: frase yang memiliki distributif yang sama dengan kata nominal.
Misalnya: baju baru,
rumah sakit
(2) Frase
Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
Misalnya: akan
berlayar
(3) Frase
Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Misalnya: dua butir
telur, sepuluh keping
(4) Frase
Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
Misalnya: tadi pagi,
besok sore
(5) Frase
Depan: frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata
atau frase sebagai aksinnya.
Misalnya: di halaman
sekolah, dari desa
d.
Frase Ambigu
Frase ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan
keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut
ambigu.
Misalnya:
Perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja,
berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku. Frase perancang busana
wanita dapat menimbulkan pengertian ganda:
(1) Perancang
busana yang berjenis kelamin wanita.
(2) Perancang
yang menciptakan model busana untuk wanita.
D.
Klausa
1.
Pengertiaan Klausa
Klausa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang terikat
oleh subjek dan predikat.
Contoh
:
2.
Jenis-jenis klausa
Ada tiga dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan
klausa yaitu :
a.
Klasifikasi
klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu
pada hadir tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur
ini klausa yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti
klausa selalu hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan
struktur internnya, berikut klasifikasinya :
(1) Klausa
lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir. Klausa ini
diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P.
(2) Klausa
inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S.
(3) Klausa
Tidak Lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam
klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain
dihilangkan.
b.
Klasifikasi
klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan
P.
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum,
dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang
secara gramatik menegatifkan P menghasilkan :
(1) Klausa
Positif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan
P.
Contoh : Pasha
seorang penyanyi terkenal.
(2) Klausa
Negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P.
Contoh : Pasha bukan
seorang penyanyi terkenal.
c.
Klasifikasi
klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
Berdasarkan
kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Klausa
Nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
nomina.
Contoh : Dia seorang
sukarelawan.
2. Klausa
Verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba.
Contoh : Dia
membantu para korban banjir.
3. Klausa
Adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
adjektiva.
Contoh : Adiknya
sangat gemuk.
4. Klausa
Numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori
numeralia.
Contoh : Anaknya
lima ekor.
5. Klausa
Preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
preposisiona.
Contoh : Sepatu itu
di bawah meja.
6. Klausa
Pronomia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial.
Contoh : Hakim
memutuskan bahwa dialah yang bersalah.
d.
Klasifikasi
klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
Klasifikasi
klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas :
(1) Klausa
Bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi,
klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi
sebagai predikat dalam klausa tersebut.
Contoh : Anak itu
badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.
(2) Klausa
terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor,
hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor.
Contoh : Semua murid
sudah pulang kecuali yang dihukum.
e.
Klasifikasi
klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat.
Menurutnya
klausa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tatarannya dalam
kalimat.
(1) Klausa
Atasan ialah klausa yang tidak menduduki f ungsi sintaksis dari klausa yang
lain.
Contoh : Ketika
paman datang, kami sedang belajar.
(2) Klausa
Bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari
klausa yang lain.
Contoh : Dia mengira
bahwa hari ini akan hujan.
E.
Kalimat
a.
Pengertian kalimat
Kalimat merupakan gabungan dua kata atau lebih yang membentuk
suatu kesatuan makna minimal terdiri dari subjek dan predikat dan diakhiri oleh
tanda baca.
Contoh
:
b.
Jenis-jenis kalimat
1.
Kalimat
Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua
unsur inti pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan
salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan
unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.
Kalimat
Tunggal
Susunan Pola Kalimat
Ayah merokok.
S-P
Adik minum susu.
S-P-O
Ibu menyimpan uang di dalam laci
S-P-O-K
2.
Kalimat
Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua
pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
(1) Sebuah
kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga
perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang
sudah ada.
Misalnya: Anak itu
membaca puisi. (kalimat tunggal)
Anak yang menyapu di
perpustakaan itu sedang membaca puisi. (subjek pada kalimat pertama diperluas)
(2) Penggabungan
dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua
atau lebih pola kalimat.
Misalnya: Susi
menulis surat (kalimat tunggal I)
Bapak membaca koran
(kalimat tunggal II)
Susi menulis surat
dan Bapak membaca koran.
Berdasarkan
sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara,
kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
a.
Kalimat
majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan
antara pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:
(1) Kalimat
majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas: dan, serta,
lagipula, dan sebagainya.
Misalnya: Sisca anak
yang baik lagi pula sangat pandai.
(2) Kalimat
majemuk serta memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau, baik, maupun.
Misalnya: Bapak
minum teh atau Bapak makan nasi.
(3) Kalimat
majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tetapi, melainkan.
Misalnya: Dia sangat
rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.
b.
Kalimat
majemuk bertingkat
Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal,
bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak
kalimat. Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau
dari unsur kalimat yang mengalami perluasan dikenal adanya:
(1) Kalimat
majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek.
a. Misalnya:
b. Diakuinya
bahwa ia yang memukul anak itu.
anak
kalimat pengganti subjek
(2) Kalimat
majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat.
a. Misalnya:
Katanya begitu
b. Katanya
bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas itu.
anak
kalimat pengganti predikat
(3) Kalimat
majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek.
Misalnya:
Mereka sudah
mengetahui bahwa saya yang mengambilnya.
anak kalimat
pengganti objek
(4) Kalimat
majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti keterangan.
Misalnya:
Ayah pulang ketika kami makan malam
anak kalimat pengganti keterangan
c.
Kalimat
majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil
perluasan atau hasil gabungan beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya
terdiri atas tiga pola kalimat.
Misalnya:
Ketika ia duduk minum-minum, datang seorang pemuda berpakaian bagus, dan
menggunakan kendaraan roda empat.
Ketika
ia duduk minum-minum
pola
atasan
datang
seorang pemuda berpakaian bagus
pola
bawahan I
datang
menggunakan kendaraan roda empat
pola
bawahan II
3.
Kalimat
Inti, Luas, dan Transformasi
a.
Kalimat inti
Kalimat inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua
kata dan sekaligus menjadi inti kalimat.
Ciri-ciri
kalimat inti:
1. Hanya
terdiri atas dua kata
2. Kedua
kata itu sekaligus menjadi inti kalimat
3. Tata
urutannya adalah subjek mendahului predikat
4. Intonasinya
adalah intonasi ”berita yang netral”. Artinya: tidak boleh menyebabkan
perubahan atau pergeseran makna laksikalnya..
Contoh:
Adik menangis.
b.
Kalimat luas
Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan
kata-kata baru sehingga tidak hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih.
Contoh:
Radha, Arief, Shinta, Mamas, dan Mila sedang belajar dengan serius, sewaktu
pelajaran matematika.
c.
Kalimat
transformasi
Kalimat transformasi merupakan kalimat inti yang sudah
mengalami perubahan atas keempat syarat di atas yang berarti mencakup juga
kalimat luas. Namun, kalimat transformasi belum tentu kalimat luas.
Contoh:
1) Dengan
penambahan jumlah kata tanpa menambah jumlah inti, sekaligus juga adalah
kalimat luas: Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi.
2) Dengan
penambahan jumlah inti sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis dan
merengek kepada ayah untuk dibelikan komputer.
3) Dengan
perubahan kata urut kata. Contoh: Menangis adik.
4) Dengan
perubahan intonasi. Contoh: Adik menangis?
4.
Kalimat
Mayor dan Minor
a.
Kalimat
mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya
mengandung dua unsur inti.
Contoh:
·
Amir mengambil buku itu.
·
Arif ada di laboratorium.
·
Kiki pergi ke Bandung.
·
Ibu segera pergi ke rumah sakit menengok paman,
tetapi ayah menunggu kami di rumah Rati karena kami masih berada di sekolah.
b.
Kalimat
Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur
inti atau unsur pusat.
Contoh:
Diam!, Sudah siap?, Pergi!, Yang baru!
5.
Kalimat
Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara
atau penulis secara singka, jelas, dan tepat.
Jelas
: berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Singkat
: hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
Tepat
: sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
1.
Ciri-Ciri
Kalimat Efektif :
a. Kesatuan
gagasan
Memiliki
subyek, predikat, serta unsur-unsur lain (O/K) yang saling mendukung serta
membentuk kesatuan tunggal.
Contoh : Di dalam
keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak
memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu
bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan
keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus
dihilangkan).
b. Kesejajaran
Memiliki
kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja
berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Contoh : Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Contoh : Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki
kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif,
yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni
menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
1) Kakak
menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan.
2) Anak
itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
c. Kehematan
Kalimat efektif
tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih.
Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Contoh
: Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam
kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung
makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
d. Penekanan
Kalimat
yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya :
·
Mengubah posisi dalam kalimat, yakni
dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh
:
1) Harapan
kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
2) Pada
kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
·
Menggunakan partikel; penekanan bagian
kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1) Saudaralah
yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2) Kami
pun turut dalam kegiatan itu.
3) Bisakah
dia menyelesaikannya?
·
Menggunakan repetisi, yakni dengan
mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
·
Menggunakan pertentangan, yakni
menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian
kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
Contoh :
1) Anak
itu tidak malas, tetapi rajin.
2) Ia
tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
e. Kelogisan
Kalimat
efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat
harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh : Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
Contoh : Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
2.
Contoh
kalimat efektif :
1) Saran
yang di kemukakannya kami akan pertimbangkan ( tidak efektif )
Seharusnya : Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
Seharusnya : Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
2) Sejak
dari pagi dia bermenung ( tidak efektif )
Seharusnya : Sejak pagi dia bermenung.
Seharusnya : Sejak pagi dia bermenung.
6.
Kalimat
Tidak Efektif
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau
mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.
Berikut ini 13 sebab ketidakefektifan
kalimat :
1.
Kalimat
Berstruktur Kompak.
Setiap kalimat minimal terdiri atas
unsur pokok dan sebutan (yang menerangkan pokok) atau unsur subjek dan
predikat. Kalimat yang baik adalah kalimat yang menggunakan subjek dan predikat
secara benar dan kompak. Kekurangkompakan dan ketidakjelasan subjek dapat
terjadi jika digunakan kata depan di depan subjek. Misalnya penggunaan dalam,
untuk, bagi, di, pada, sebagai, tentang, dan, karena sebelum subjek kalimat
tersebut.
Contoh
kalimat tidak efektif :
1) Bagi
semua siswa harus memahami uraian berikut ini.
2) Dalam
pembahasan ini menyajikan contoh nyata.
Kalimat
di atas menjadi tidak efektif karena unsurnya tidak lengkap.
2.
Kalimat
Paralel.
Kalimat yang efektif
adalah kalimat yang tersusun secara paralel. Keparalelan itu tampak pada jenis
kata yang digunakan sebagai suatu yang paralel dengan memiliki unsur atau jenis
kata yang sama. Kesalahan dalam menggunakan paralelis kata akan menjadikan
kalimat tersebut menjadi tidak efektif.
Contoh kalimat tidak efektif :
Kegiatan akhir dari percobaan itu adalah menyusun
laporan, kelengkapan materi yang harus dilampirkan, penggambaran tahap-tahap
kegiatan, dan simpulan hasil pengujian.
Ketidakefektifan kalimat tersebut,
karena memparalelkan jenis kata menyusun, dengan kelengkapan, penggambaran, dan
simpulan. Kalimat tersebut memfaralelkan “kegiatan” sebagai verba, maka kata
lainnya seharusnya menggunakan verba. Misalnya, kata menyusun seharusnya
berfaralel dengan melampirkan (materi secara lengkap), menggambarkan
(tahap-tahap kegiatan), dan menyimpulkan (hasil pengujian).
Bandingkanlah
dengan kalimat di bawah ini!
Kegiatan
akhir dari percobaan itu adalah menyusun laporan, melampirkan materi secara
lengkap, menggambarkan tahap-tahap kegiatan, dan menyimpulkan hasil pengujian.
3.
Kalimat
Hemat.
Kalimat yang efektif harus hemat.
Kalimat hemat memiliki ciri kalimat yang menghindari pengulangan subjek,
pleonasme, hiponimi, dan penjamakan kata yang sudah bermakna jamak.
Contoh
kalimat tidak efektif :
1) Para
menteri serentak berdiri, setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang ke
acara itu.
2)
Waktu tempuh yang digunakan hanya selama
45 menit saja untuk sampai ke daerah itu.
3)
Air raksa ini harus dicampur dengan kain
warna merah.
4) Banyak
orang-orang yang tidak hadir pada pertemuan yang menghadirkan beberapa
tokoh-tokoh terkemuka.
Kalimat pertama kurang efektif karena
menggunakan subjek (kata para menteri) dengan subjek kedua (kata mereka). Kalimat
kedua menggunakan kata bermakna sama, yaitu kata hanya dan saja. Kalimat ketiga
kurang efektif karena menggunakan kata bermakna hiponimi, yaitu kata warna dan
merah (merah merupakan salah satu warna, sehingga tidak perlu menggunakan kata
warna). Kalimat keempat, menggunakan kata bermakna jamak secara berulang, yaitu
kata banyak dan beberapa dengan pengulangan kata yang mengikutinya.
4.
Kalimat
Berpadu.
Kalimat yang berpadu adalah kalimat yang
berisi kepaduan pernyataan. Kalimat yang tidak berpadu biasanya terjadi karena
salah dalam menggunakan verba (kata kerja) atau preposisi (kata depan) secara
tidak tepat.
Contoh
kalimat tidak efektif :
1) Segala
usulan yang disampaikan itu kami akan pertimbangkan.
2)
Uraian pada bagian ini akan menyajikan
tentang perkembangbiakan pohon aren.
3) Materi
yang sudah diungkapkan daripada pembicara awal akan dibahas kembali pada
pertemuan yang akan datang.
Penggunaan kata akan yang menyelip di
antara subjek dengan predikat pada kalimat pertama menjadikan kalimat tersebut
kurang padu. Demikian pula penggunaan kata tentang dan daripada setelah verba
menjadikan kalimat tersebut kurang padu.
5.
Kalimat
Logis.
Kalimat yang logis adalah kalimat yang
dapat diterima oleh akal atau pikiran sehat. Biasanya ketidaklogisan kalimat
terjadi karena pemilihan kata atau ejaan yang salah.
Contoh
kalimat tidak efektif :
1) Pada
kesempatan yang berbahagia ini, saya menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kelancaran acara ini.
2)
Untuk mempersingkat waktu, marilah kita
bersama-sama mulai mengerjakan tugas tersebut.
3) Mayat
wanita yang ditemukan di sungai itu sebelumnya sering mondar- mandir di daerah
tersebut.
Pada kalimat pertama terkadung makna
bahwa yang berbahagia adalah kesempatan, kecuali verbanya diganti dengan
membahagiakan. Kalimat kedua memiliki makna yang tidak mungkin waktu
dipersingkat, kecuali acara yang dipersingkat atau waktu yang dihemat. Kalimat
ketiga menggunakan konstruksi kalimat yang kurang benar sehingga memunculkan
makna yang kurang logis dan menakutkan.
6.
Kontaminasi
==> merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah
Contoh
:
1) diperlebar,
dilebarkan diperlebarkan (salah)
2)
memperkuat, menguatkan memperkuatkan
(salah)
3)
sangat baik, baik sekali sangat baik
sekali (salah)
4)
saling memukul, pukul-memukul saling
pukul-memukul (salah)
5)
Di sekolah diadakan pentas seni. Sekolah
mengadakan pentas seni Sekolah mengadakan pentas seni (salah).
7.
Pleonasme
==> berlebihan, tumpang tindih
Contoh :
1) para
hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
2) para
bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
3) banyak
siswa-siswa (banyak siswa)
4) saling
pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)agar supaya (agar
bersinonim dengan supaya)
5) disebabkan
karena (sebab bersinonim dengan karena)
8.
Tidak
Memiliki Subjek.
Contoh :
1) Buah
mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar)
2)
Di dalam buah mangga terkandung vitamin
C. (KPS) (benar)
3)
Di dalam buah mangga mengandung vitamin
C. (KPO) (salah)
9.
Adanya
kata depan tidak perlu.
Contoh :
1) Perkembangan
daripada teknologi informasi sangat pesat.
2) Kepada
siswa kelas I berkumpul di aula.
3) Selain
daripada bekerja, ia juga kuliah.
10. Salah Nalar.
Contoh :
1) waktu
dan tempat dipersilahkan. (Siapa yang dipersilahkan)
2) Mobil
Pak Dapit mau dijual. (Apakah bisa menolak?)
3) Silakan
maju ke depan. (maju selalu ke depan)
4) Adik
mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
5) Pak,
saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
6) Saya
absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
7) Bola
gagal masuk gawang. (Ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek
bernyawa).
11. Kesalahan Pembentukan kata.
Contoh :
1) mengenyampingkan
seharusnya mengesampingkan
2) menyetop
seharusnya menstop
3) mensoal
seharusnya menyoal
4) ilmiawan
seharusnya ilmuwan
5) sejarawan
seharusnya ahli sejarah
12. Pengaruh bahasa asing.
Contoh :
1) Rumah
di mana ia tinggal … (the house where he lives …) (seharusnya tempat)
2) Sebab-sebab
daripada perselisihan … (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
3) Saya
telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya
katakan)
13. Pengaruh bahasa daerah.
Contoh :
1) ...
sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
2) ...
oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
3) Jangan-jangan
... (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tata kalimat adalah kaidah
penyusunan kata sehingga menjadi kalimat yang baik dan benar dan mempunyai arti
sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran dengan ciri-ciri terdapat
subjek, predikat, objek dan keterangan.
Tata kalimat memiliki berbagai bentuk, seperti frase
merupakan gabungan dari dua kata atau lebih yang tidak terikat oleh sujek
dan predikat. Klausa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang terikat oleh subjek
dan predikat. Kalimat merupakan gabungan dua kata atau lebih yang membentuk
suatu kesatuan makna minimal terdiri dari subjek dan predikat dan diakhiri oleh
tanda baca.
Terdapat pula jenis kalimat, yaitu kalimat tunggal, kalimat
majemuk, kalimat inti, kalimat luas, kalimat transformasi, kalimat mayor,
kalimat minor, kalimat efektif dan kalimat tidak efektif.
Saran
Setelah membaca jurnal ini saya
harap dapat lebih dikembangkan lagi, dalam segi penulisan masih kurangnya
keterangan tentang “Tata Kalimat”, dalam penyusunan makalah dan lain-lain. Kami
menyadari bahwa masih banyaknya kekurangan dalam jurnal yang kami buat.
DAFTAR
PUSTAKA
Irwan.(2011).Frase,Klausa,Kalimat.[online].Tersedia:
http://irwansipetualang.blogspot.com/2011/10/frase-klausa-dan-kalimat.html
[4 Oktober 2012]
Widyartono,Didin.(2008).Frase,Klausa,danKalimat.[online].Tersedia:
http://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/frase-klausa-dan-kalimat/
[4 Oktober 2012]
No comments:
Post a Comment